PERANG
MELAWAN SARS
Jika kamu rajin membaca Koran,
majalah, atau mengikuti berita di radio dan televisi, kamu tentu pernah
mendengar tentang penyakit SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome), yaitu syndrome
pernafasan akut yang parah. Sampai 23 Mei 2003 sudah lebih dari 650 orang
meninggal karena penyakit ini.
Singapura
termasuk salah satu Negara ASEAN yang
oleh WHO (World Health Organization) masuk dalam daftar Negara terlarang untuk
dikunjungi akibat penyakit SARS. Akibat dari pelarangan ini, bisnis penerbangan
dan pariwisata Singapura sangat terpukul dan terus mengalami kerugian yang sangat
besar.
Pemerintah Singapura
bekerja keras untuk berperang melawan penyakit SARS. Karena tanda awal dari serangan SARS adalah
panas badan tinggi maka suhu 37,5°c ditetapkan sebagai pelacak orang yang
menderita SARS.
Pemerintah Singapura
segera memasang peralatan memindai bernama Thermal Imaging Scanner,
yakni pelacak panas tubuh manusia di Bandara Internasional Changi. Dengan peralatan
150 000 dolar (kira-kira 1,3 miliar rupiah), mereka yang suhu tubuhnya melebihi
37,5°C di layar sensor akan memunculkan bayangan warna merah. Bagi mereka yang
bersuhu di bawahnya akan muncul bayangan warna hijau.
Bagi penumpang
atau awak pesawat yang memberikan warna merah diminta beristirahat sepuluh
menit, kemudian suhunya diukur kembali menggunakan thermometer biasa yang
langsung ditempelkan pada telinga. Kalu tetap di atas 37,5°C maka orang
tersebut akan dibawa ke rumah sakit dan dikarantina selama 10 hari.
Masyarakat Singapura
juga sadar untuk memeriksakan kesehatan mereka sendiri. Ini tercermin dengan pembagian
masker dan thermometer kepada semua murid sekolah. Murid SD diberi thermometer Kristal cairan. Dengan thermometer sederhana ini, setiap
anak SD sudah mampu mengukur sendiri suhu tubauh masing-masing 2 kali sehari,
yaitu pagi dan sore. Kalau mulai tampak
di atas 37,5°C, gurunya langsung mengirim ke rumah sakit, dicermati, dan jika
perlu murid tersebut harus menjalani karantina.
Kuman penyebab
wabah SARS adalah virus corona. Oleh karena itu, direktur rumah sakit di
Singapura selain memasangpelacak suhu di pintu masuk satu-satunya, mereka juga
mendatangkan RBDS (Room Bio-Deactivation Service). Peralatan canggih inimenghembuskan
uap hydrogen yang mampu mengisolasi dan membunuh virus corona yang terdapat dalam ruangan.
Berkat kerja
keras pemerintah Singapur serta dukungan rakyatnya, pada tanggal 30 Mei 2003
keluar pengumuman WHO yang menyatakan bahwa Singapura sudah resmi bebas dari
daftar SARS. Pengumuman ini sebagai bentuk pengakuan atas berbagai upaya dan
kerja keras yang selama ini telah dilakukan oleh pemerintah Singapura dalam memerangi maupun mencegah
penyebaran virus SARS.
Bagaimana dengan
kita? Pelajaran yang bisa kita petik dari perjuangan pemerintah Singapura dalam
membebaskan negaranya dari virus SARS adalah menjadi teladan bagi bangsa kita
dalam mengatasi masalah apa saja yang menimpa kita. Selama pemerintah dan
rakyat bersatu untuk mengatasinya, kita pasti menang dan bisa mengatasinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar